Kaboelsiagian

Ada sebab mengapa kita mengenal seseorang itu dalam hidup kita. Sama ada kita perlu mengubah hidup dia atau dia mengubah hidup kita....

Selengkapnya
Navigasi Web
Panggilan Hati Jadi Guru (Paragraf # 8)

Panggilan Hati Jadi Guru (Paragraf # 8)

# TantanganGurusiana.id #30HariMenulisGurusiana.id # Day8#TantanganKe8#22/01/2020

Panggilan Hati Jadi Guru

Paragraf 8

Andaikan malam yang sepi dapat bicara. Pada hatiku yang memikirkan sesuatu. Kalaulah bulan bisa ngomong. Sampaikanlah walau engkau bohong. Akan hatiku yang sedang lolong. Lolong akan untung bagian yang tak tertolong. Terkungkung dalam lamunan yang tak kumbang. Tak berseri di hamparan taman bunga. Hanya doa yang sumbang dengan harapan yang menopang. Semoga Allah memberikan pertolongan.

Malam semakin larut. Besok berlaku awal sebuah kisah yang hendak ku jalani. Dengan doa yang kupanjatkan kiranya terijabah oleh tuhan yang kuasa.

Aku rebahkan tubuhku di antara deretan saudara beserta kedua orangtua. Di atas tikar pandan yang bersusun. Lolong srigala mengaung memecah kesunyian malam. Malam di selimuti kabut asap yang mengukir malam panjang yang kian larut.

Sesekali kokok ayam menjerit resah bersahutan. Memberi isarat ketakutan pada majikan. Akan sebuah ancaman yang mereka dengar memecah kesunyian malam. Tidur lelap-pun tak kuasa mata menolaknya. Dingin seakan tak berperi ketika berhembus dari celah-celah dinding papan yang usang di makan usia. Namun mata yang ngantuk seakan tak memerdulikannya.

@@@ "Bangun...bangun...ayo sholat subuh" teriak ibu membangunkan seluruh anggota keluarga. Semua bergegas membereskan tempat tidur beranjak mengambil tugasnya masing-masing.

@@@

Hari yang begitu cerah terlihat senja begitu indah. Bergegas aku beranjak pulang setelah doa terakhir sholat subuh pagi ini. Sesampainya di rumah segera aku memberesi perlengkapan untuk perjalaman hari ini.

Ayah yang sejak tadi duduk di teras rumah. Setelah serapan pagi merogoh kantong bajunya, mengambil bungkus rokok sambil duduk bersantai. Ayah duduk di tempat biasa tempat ia nongkrong setelah sholat subuh. Di perhatikannya gerak-gerik saya. Yang mondar mandir mencari dan memasukkan sesuatu ke dalam tas. Persiapan pakaian dan beberapa kebutuhan lainnya ketika hemdak bepergian.

Sesekali ku lihat pandangannya ke depan memandang dengan mata kosong. Sepertinya ia memikirkan sesuatu. Ada beban yang ia pikirkan. Tetapi ia berusaha keras menutulinya. Terlihat jelas, tanpa ia sadari aku telah memperhatikannya.

Tak biasanya kopi buatan ibu hingga senja menyongsong tak di gubrisnya. Puntung rokok yang ke lima batang menumpuk jelas di asbak. Begitu cepat rokok di ganti batang demi batang.

"Tumben kopinya nggk di minum, Ayah?

"Minggu kan, Ayah begini, libur dan santai" jawabnya dengan tatapan agak murung, namun berusaha ceria"

"Ayah, nongkrong disini aja. Sambil nunggu kamu siapkan kelengkapan merantau". Suara ayah begitu lirih di telinga.

"Baiklah ayah, jangan lupa kopinya di minum, tar keburu dingin lho."?

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Renyah

22 Jan
Balas

Guruku mohon koreksinya?

22 Jan

Keren Pak dan sukses selalu buat Bapak.

22 Jan
Balas

Terimakasih. Perasaan masih ada yg kurang

22 Jan

Ya memang masih kurang Pak karena cerita belum selesai hehehe

22 Jan

Tulisan yang keren ,salam kenal ,sehat dan sukses selalu Pak

22 Jan
Balas

Terimakasih. Masih ada yg perlu di benahi bunda

22 Jan



search

New Post